BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap
sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada
munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu kita ketahui faktor
– faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja aliran pendidikan
yang mempengaruhi perkembangan peserta didik ?
2.
Apa saja factor - faktor yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik (intern dan ekstern) ?
3.
Bagaimana pandangan islam
terhadap perkembangan peserta didik ?
4.
Apa saja tugas-tugas
perkembangan peserta didik?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui dan memahami aliran – aliran yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik.
2.
Mengetahui faktor – faktor
yang dominan yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
3.
Memahami bagaimana cara islam
memandang serta menyikapi perkembangan peserta didik.
4.
Mengetahui berbagai macam
tugas-tugas perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran – Aliran Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta
Didik
- Aliran Nativisme
Native,
artinya mengenai kelahiran atau pembawaaan, jadi aliran nativisme adalah paham
yang menitikberatkan pentingnya factor dasar yang dibawa sejak lahir,
Menurutnya perkembangan-perkembangan individu semata – mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh factor–factor yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut
aliran itu keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri
Para
pendukung nativisme, biasanya mempertahankan kebenaran pandangan tersebut,
yaitu dengan menunjuk berbagai kesamaan atau kemiripan antara pihak orang tua
dengan anak – anaknya. Kata mereka : kalau ayahnya ahli musik maka anaknya ahli
musik pula, anak pelukis akhirnya menjadi pelukis, anak pelayan demikian juga,
bahkan anak penjahat akan cenderung jahat pula kelakuanya. Pepatah jawa
menyatakan : “Kacang mongso ninggalno lanjaran” . Tokoh utama aliran ini
bernama Arthur Sopenhauer (1788 - 1860) seorang filsuf jerman. Aliran filsafat
nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala
sesuatu dengan kaca mata hitam.
- Aliran Empirisme
Emperis
berarti “pengalaman”. Maka emperisme maksudnya adalah: aliran yang mengutamakan
peranan faktor pengalaman, lingkungan, pendidikan, dan tidak mengakui peranan
factor dasar atau pembawaan sejak lahir.
Menurut kaum
empiris, perkembangan individu itu semata – mata dimungkinkan dan ditentukan
oleh factor lingkungan, sedang factor pembawaan tidak memainkan peranan sama
sekali. Tokoh utama aliran empirisme adalah John Locke (1632 -1704), seorang
yang terkenal menganggap pendidikan sebagai “maha kuasa” untuk mencetak manusia
macam apa saja yang dicita - citakan. Sehingga tak ayal lagi sebagai hujjah
untuk membenarkan pandangannya, pengikut aliran ini menunjuk pada pendidikan
dengan segala fasilitas yang tersedia, dalam menciptakan orang - orang besar
caliber dunia.
- Aliran konvergensi
Dalam bahasa
inggris converge artinya memusatkan pada satu titik, atau bertemu . Maka bisa
diartikan, konvergensi adalah ’’titik pertemuan” Agaknya memang benar oleh
karena kehadiran aliran ini telah mempertemukan dua pandangan ekstrim,
natifisme dan emperisme. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern
(1871 - 1938), sleorang filsuf dan psikolog Jerman, mengatakan bahwa perkembangan
individu itu dimungkinkan dan dipengaruhi oleh dua factor, pembawaan dan
lingkungan keduanya sama – sama penting, dan bisa diingkari satu oleh factor
yang lain. Dengan pembawaan saja tanpa lingkungan, anak manusia tidak akan
berkembang. Sebaliknya lingkungan saja tanpa pembawaan, ini juga tidak mungkin.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta
didik
- Factor Internal
Yaitu factor
yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian
factor internal bisa dibagi menjadi 2 macam factor pisik dan factor psikis.
- Factor fisik
Di
dunia ini orang mempunyai bentuk tubuh yang bermacam – macam. Ada yang tinggi
ceking, ada yang pendek gemuk, dan ada yang sedang antara tinggi dan besar
badanya. Sudah jelas, masing - masing mempunyai pengaruh tersendiri bagi
perkembangan seorang anak.
- Factor psikis
Dalam hal kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak
pergaulan. Akan tetapi ada pula yang selalu tampak murung, pendiam, mudah
tersinggung karenanya suka menyendiri. Bersosialisasi memerlukan kematangan
fisik dan psikis.Untuk mampu mempetimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian,
untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
- Factor Eksternal
Yaitu hal –
hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
Factor eksternal dibagi menjadi 6 macam : factor biologis, physis, ekonomis,
cultural, edukatif, dan religious.
a.
Factor biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah
factor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya: Factor ini wujudnya berupa pengaruh
yang datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b.
Factor phyis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan
geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat kesuburan tanah, jalur
komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua ini jelas membawa dampak masing –
masing terhadap perkembangan anak – anak yang lahir dan dibesarkan disana.
c.
Factor ekonomis
Dalam proses perkembanganya. Betapapun ukuranya
bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum
dirumah, tetapi juga untuk mebeli alat – alat sekolah. Kehidupan sosial banyak
dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen,
akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“ia anak siapa”.
Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu,
dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi
keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal
ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.
d.
Factor cultural
Di Indonesia ini saja dari aceh sampai Irian jaya,
jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing –
masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal
ini jelas berpengaruh terhadap perkemangan anak – anak.
e.
Factor educatif
Pendidikan tak dapat disangkal mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan anak manusia. Malah karena sifatnya berencana dan sering
kali diusahakan secara teratur, faktor pendidikan ini relatif paling besar
pengaruhnya disbanding factor yang lain manapun juga. Pendidikan merupakan
proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
f.
Factor religious
Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan
berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang
beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah soal
perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan
agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya.
g.
Factor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga
h.
Kapasitas Mental, Emosi, dan
Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh
karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami
orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
C. Pandangan Tokoh-Tokoh Islam terhadap Perkembangan Peserta Didik
Pendidikan islam bertujuan membangun manusia dan
masyarakat secara utuh dan menyeluruh dalam semua aspek kehidupan yang dapat
membawa perubahan pada kehidupan berbudaya dan peradaban dalam memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat Program kurikulum pendidikan islam , perlu
diorientasikan pada learning (competency knowledge, ability dan social
cultural). Metodologi pendidikan islam dalam proses belajar mengajar harus
menggunakan learning based student learning dan bukan teaching learning dan
diorientasikan pada cara mengaktifkan peserta didik, cara untuk menemukan, cara
memecahkan masalah untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas, kreatif,
inovatif yang mampu menerjemahkan agama dalam prilaku sosial ditengah kehidupan
masyarakat global menuju masyarakat madani.
Agama islam mengajarkan kepada orang tua agar
menanamkan benih – benih aqidah kepada anak – anak mereka sejak dini. Islam
menyuruh para orang tua untuk mengenalkan tentang keberadaan tuhan yang harus
mereka sembah kepada anak – anak mereka. Hal ini jelas untuk memberi suntikan
keyakinan terhadap jiwa anak tersebut.
Beberapa
pendapat tokoh islam dalam perkembangan peserta didik, diantaranya :
- Menurut Al-Ghazali
-
Anak lahir bagaikan kertas
putih
-
Anak dididik sejak lahir
-
Anak dibiasakan disiplin
pribadi sebagai azaz pendidikan ahlak
-
Jika anak anak mencapai usia
baligh, diajarkan hukum – hukum syara dan keagamaan
- Menurut Ibnu Kholdun
-
Anak berkembang setingkat demi
– setingkat
-
Manusia bukan produk nenek
moyang, tapi produk sejarah, lingkungan social, alam, adat istiadat.
-
Pendidikan dilaksanakan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi psikologis peserta didik.
- Menurut Ibnu Sina
-
Pendidikan pada anak bisa
dimulai sejak disapih
-
Pada usia 3 tahun, anak
dibiasakan dengan pembiasaan yang baik
-
Pengajaran Al-Qur’an dan
keagamaan diberikan pada saat tingkat kematangan anak sudah mantap.
-
Pendidikan akhlak sangat
penting diberikan sejak dini
D.
Tugas-Tugas
Perkembangan (Gambaran Umum)
-
Pertumbuhan
Perubahan yang menyangkut pertumbuhan
fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan,
ukuran tulang, gigi individu.[1]
-
Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai
mati (Chaplin C.P.,1989:134). Sedangakan Hurlock E.B. (1978:23) menyatakan
bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari
perubahan yang teratur dan koheren “.”Progresif “ menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren”
menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah mendahului
atau mengikutinya. Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan
proses belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang
berkaitan dengan perbuatan belajar.
Disamping itu juga bagaimana suatu
hal itu dipelajari, apakah melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan
dan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut menentukan
proses perkermbangan. Dapat pula dapat dikatakan bahwa perkembangan sebagai
suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi berdasarkan proses pertumbuhan,
kemasakan, dan belajar.[2]
PERSAMAAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Pada dasarnya pertumbuhan dan
perkembangan adalah perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan positif.
PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Pertumbuhan lebih menuju perubahan
fisik, peningkatan
jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan,
berat badan, ukuran tulang, gigi, dan memiliki pola bervariasi. Sedangakan pekembangan bersifat
kualitatatif, progresif dan berkesinambungan.
-
Pendidikan
Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang
tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan
melewati generasi.[3]
-
Pembelajaran
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.[4]
-
Latihan
Suatu Proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang – ulang, sehingga semakin
hari jumlah beban latihannya semakin bertambah.[5]
PERSAMAAN PENDIDIKAN, PEMBELAJARAN
DAN LATIHAN
Persamaannya hanya terletak pada
sifatnya yang menuju proses dimana yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.
PERBEDAAN PENDIDIKAN, PEMBELAJARAN
DAN LATIHAN
Perbedaannya pendidikan lebih kepada
penanaman moral, akhlak, dan etika kepada individu. Pembelajaran lebih
cenderung kepada pemberian materi ajar secara formal ataupun non formal.
Sedangkan latihan lebih kearah pelatihan, tekhnik, cara, praktek, tentang
sesuatu hal yang sedang dipelajarinya.
-
Tahapan Perkembangan
Penahapan atau pembabakan tentang
perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri – ciri khusus atau pola – pola
tingkah laku tertentu.[6]
E.
Tugas-Tugas
Perkembangan Peserta Didik
- Masa Kanak-kanak
ü Belajar berjalan
ü Belajar makan
makanan padat
ü Belajar
mengendalikan gerakan badan
ü Mempelajari
peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
ü Memperoleh
stabilitas fisiologis
ü Membentuk konsep
sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
ü Belajar
menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak adik dan orang
lain
ü Belajar
membedakan yang benar dan salah
- Masa Anak
ü Mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu
ü Membentuk sikap
tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh
ü Belajar bergaul
dengan teman sebaya
ü Mempelajari
peranan yang sesuai dengan jenis kelamin
ü Membina
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
ü Mengembangkan
konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
ü Membentuk kata
hati,moralitas dan nilai-nilai
ü Memperoleh
kebebasan diri
ü Mengembangkan
sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial
- Masa Remaja
ü Memperoleh
hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin
ü Memperoleh
peranan sosial dengan jenis kelamin individu
ü Menerima fisik
dari dan menggunakan badan secara efektif
ü Memperoleh
kebebasan diri, melepaskan ketergantungan dari orang tua/ orang dewasa lainnya
ü Melakukan
pemilihan dan persiapan untuk jabatan
ü Memperoleh
kebebasan ekonomi
ü Persiapan
perkawinan dan kehidupan berkeluarga
ü Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep yg diperlukan sbg warga negara yg baik
ü Memupuk dan
memperoleh perilaku yg dapat dipertanggung jawabkan secara sosial
ü Memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku
- Masa Dewasa Awal
ü Memilih pasangan
hidup
ü Belajar hidup
dengan suami atau istri
ü Memulai kehidupan
berkeluarga
ü Membimbing dan
merawat anak
ü Mengolah rumah
tangga
ü Memulai suatu
jabatan
ü Menerima
tanggung jawab sebagai warga negara
ü Menemukan
kelompok sosial yang cocok dan menarik
- Masa Setengah Baya
ü Memperoleh tanggung
jawab sosial dan warga negara
ü Membangun dan
mempertahankan standar ekonomi
ü Membantu anak
remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
ü Membina kegiatan
pengisi waktu senggang orang dewasa
ü Membina hubungan
dengan pasangan hidup sebagai pribadi
ü Menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri
ü Menyesuaikan diri
dengan penambahan umur
- Masa orang tua
ü menyesuaiakan
diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
ü menyesuaiakan
diri terhadap masa pensiun dan menurunnya pendapatan
ü menyesuaikan
diri terhadap meninggalnya suami/istri
ü menjalin hubungan
dengan perkumpulan manusia lanjut
ü memenuhi
kewajiban sosial dan sebagai warga negara
ü membangun
kehidupan fisik yang memuaskan
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1.
Aliran natifisme ialah paham
yang menitikberatkan pentingnya faktor dasar yang dibawa sejak lahir, sedangkan
pengaruh lingkungan hidupnya hanya sedikit saja
2.
Aliran emperisme ialah paham
yang mengutamakan perkembangan anak tergantung pada faktor lingkungan sedangkan
faktor bakat tidak ada pengaruhnya.
3.
Aliran konvergensi adalah
perpaduan antara pandangan natifisme dan emperisme, yang keduanya dipandang
sangat berat sebelah.
4.
Faktor internal yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
5.
Faktor eksternal yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu : faktor biologis, faktor physis,
faktor ekonomis, faktor kultural, faktor edukatif, faktor religious, keluarga,
mental, emosi dan intelegensi.
6.
Metodologi pendidikan islam
dalam proses mengajar harus menggunakan learning based.
7.
Tugas-tugas perkembangan
peserta didik adalah Pertumbuhan, perkembangan, pendidikan, pembelajaran, dan latihan.
- Saran-saran
1.
Diharapkan kepada para pembaca
untuk bisa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pserkembangan psesrta didik
secara umum dan khusus, internal dan ekstrenal.
2.
Diharapkan kepada para pembaca
untuk bisa menangkap teori tugas-tugas perkembang peserta didik.
3.
Apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini, kami
(penulis) mohon maaf yang sebesar-besarnya dan dimohon kritik dan sarannya yang
sekiranya bisa membangun kreativitas kami para penulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu ahmadi, Drs, 1975, Didaktik Mtodik, Semarang, CV. Toha
Putra.
Abu ahmadi, Drs, 1976, Ilmu pendidkan I-II,
Semarang, CV. Toha Putra.
Amir Daien Indrakusuma, 1973, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.
Crijns, Reksosiswojo 1984, Pngantar
Dalam Praktek Pengajaran dan Pendidikan,
Jakarta, Prajnaparamita.
Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa, Karya Ki Hadjar
Dewantara, Bagian Pertama,
1962, Pndidikan, Yogyakarta,
Percetakan Taman Siswa.
[1]
Sumadi Suryabrata, Pertumbuhan Individu (Bandung, C.V.
Rajawali), 1982, hal. 32
[2] Simanjuntak, Psikologi Perkembangan (Bandung, Tarsito), 1989, hal. 75
[3] Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta, Aksara Baru), 1984, hal. 24
[4] Soeitoe, Psikologi Pendidikan (Jakarta, Bursa Buku Mahasiswa FIP-IKIP), 1966,
hal. 45
[5] Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Jakarta, Aksara Baru), 1983, hal. 89
[6] Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta, Aksara Baru), 1984, hal. 36